Rabu, 30 Mei 2012

Makalah Hindu


KEAGUNGAN SAPI DALAM BUDAYA HINDU
(KONSEP TOTEMISME DALAM TEOLOGI
DAN FILSAFAT HINDU)




     Oleh :
Ni ketut Santi
11.1.4.5.1.18
S1





JURUSAN TEOLOGI FAKULTAS BRAHMA WIDYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2011



KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas Asung Kerta Waranugraha-Nyalah penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Keagungan Sapi dalam Budaya Hindu (Konsep Totemisme dalam Teologi dan Filsafat Hindu)” tepat pada waktunya. Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra. Relin D.E., M.Ag. selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Pengantar Filsafat, dan juga ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun yang sekiranya dapat digunakan untuk perbaikan pada tugas berikutnya.


Denpasar, Desember 2011

Penulis


 


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Hindu merupakan agama yang universal, universal disini yang dimaksud adalah ajaran – ajaran yang terdapat dalam Hindu terdapat pula dalam agama lain. Setiap ajaran  terdapat dalam kitab suci yaitu Veda yang dijadikan pedoman dan patokan umat Hindu dalam menjalankan hidup. Agama Hindu merupakan karya Tuhan yang monumental, sama monumentalnya dengan keberadaan alam semesta beserta isinya (Donder, 2006 : 138). Oleh karena itu, Sebagai karya Tuhan yang monumental, Hinduisme mengandung berbagai macam Isme atau kepercayaan, yang diantaranya Animisme (percaya bahwa segala yang ada di alam semesta ini memiliki roh), Dinamisme (kepercayaan primitif dimana semua benda itu memiliki kekuatan yang bersifat gaib), Anthropomorfisme (kepercayaan bahwa  penggambaran Tuhan melalui wujud manusia maha sempurna yang memiliki kelebihan), Politeisme (kepercayaan tehadap adanya banyak Tuhan), Monisme (keparcayaan bahwa segala yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa atau Tunggal), Pantheisme (kepercayaan yang mengajarkan bahwa segala sesuatu adalah Tuhan), Totemisme (kepercayaan pada benda, hewan, atau tumbuh-tumbuhan yang disucikan atau dianggap suci), Kathenoisme (kepercayaan terhadap adanya Deva tertinggi), dan Monotheisme (kepercayaan adanya percaya dan menyembah hanya pada satu Tuhan. Hinduisme adalah kebenaran objektif yang intersubjektif, artinya Hinduisme adalah kebenaran fakta yang dapat menerima kebenaran dari manapun sepanjang tidak bertentangan kesemestaan (Donder, 2006 : 138). Dari Isme di atas, penulis akan membahas Isme yaitu konsep Totemisme. Totemisme merupakan percaya pada hewan atau tumbuhan yang dianggap suci, karena dianggap merupakan penjelmaan dari Deva. Di dalam Hindu banyak sekali terdapat benda, Tumbuhan dan Hewan yang suci, salah satunya adalah hewan Sapi.
Gavah visvasyah matarah – sapi adalah ibu seluruh dunia (Darmayasa, 2008 : 22). Sapi dikatakan sebagai ibu dunia karena sapi mampu menghidupi dunia ini, segala yang ada dalam sapi dapat digunakan. Sapi diibaratkan bumi yang siap menghasilkan seperti bumi akan menghasilkan bahan – bahan makanan manusia seperti sayur, buah, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan sapi yang siap menghasilkan susunya setiap hari, susu tersebut di konsumsi oleh seluruh umat manusia di dunia ini. selain itu, sapi juga merupakan wahana Deva Siva yang bernama Nandini, dan sapi juga merupakan hewan peliharaan Avatara Krsna. Oleh karena itu, sudah sepatunya umat Hindu menghormati sapi dan pantang  untuk memakan daging sapi, karena sapi sangat dihormati oleh umat Hindu. Inilah yang melatar belakangi penulis tertarik untuk mengangkan topik ini dalam sebuah paper yang berjudul “Keagungan Sapi dalam Budaya Hindu (Konsep Totemisme dalam Teologi dan Filsafat Hindu)”.


1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
           1.      Bagaimana pandangan masyarakat Hindu terhadap sapi?
           2.      Bagaimana konsep Totemisme dalam Teologi dan Filsafat Hindu?
           3.      Bagaimana keagungan sapi dalam teks – teks Hindu?

1.3  Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, terdapat tujuan yaitu sebagai berikut :
            1.      Untuk mengetahui pandangan masyarakat Hindu terhadap sapi.
            2.      Untuk mengetahui konsep Totemisme dalam Teologi dan Filsafat Hindu.
            3.      Untuk mengetahui keagungan sapi yang terdapat dalam teks – teks Hindu.
            4.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Filsafat.


1.4  Manfaat
Manfaat teoritis
Diharapkan dengan paper yang sederhana ini dapat membantu para pembaca sebagai bahan bacaan, sebagai bahan perbandingan maupun sebagai acuan dalam penulisan karya tulis yang relevan dengan paper ini.
Manfaat praktis
1.      Bagi mahasiswa
Melalui paper ini mahasiswa diharapkan mampu memahami isi paper ini dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.
2.      Bagi masyarakat
Melalui paper ini diharapkan masyarakat mengetahui dan mampu memahami makna isi paper ini dan menjadikannya pedoman dalam kehidupan bermasyarakat.




BAB II
PEMBAHASAN

2.4  Pandangan Masyarakat Hindu Terhadap Sapi
2.1.1.      Pandangan Masyarakat yang ada di India
Sapi memiliki kelebihan dari hewan – hewan lain dan dianggap suci, sapi juga dikatakan bahwa induk atau ibu dari semua hewah yang ada di dunia ini. Sapi banyak memberikan manfaat kepada umat manusia, sapi memberikan susunya kepada manusia dan dikatakan sebagai ibu karena setiap saat memberikan asinya kepada manusia. Selain susunya kotoran dari sapi pun sangat bermanfaat yaitu digunakan sebagai pupuk yang dapat menyuburkan bumi pertiwi. Masyarakat Hindu yang ada di India sangat menghormati sapi, bahkan mereka yang mendalami spritual Hindu amat berpantangan makan daging sapi. Sejak turunnya Avatara Krsna, sapi sudah sangat dihormati. Dalam kitab Purana yang tergolong Visnu Purana atau Satvika Purana disebutkan Krsna sebagai “Gopala” artinya pelindung sapi (Darmayasa, 2008 : 9). Dalam buku keagungan sapi menceritakan para Gopi sendiri adalah para peternak pengikut Krsna yang mengembala sapi. Sri Krsna sebagai pengembala sapi adalah lambang hubungan antara alam semesta dan segala isinya dengan Tuhan. Sri Krsna Avatara Tuhan Yang Maha Esa yang berfungsi sebagai pelindung dan pemelihara alam semesta ini. Sedangkan sapi yang digembala oleh Sri Krsna tidak lain adalah lambang alam semesta ini. Dan para Gopi adalah  manusia pengikut ajaran Veda yang wajib ikut menjaga alam semesta ini untuk kebahagiaan hidup lahir dan bathin. Susu sapi yang di nikmati oleh para Gopi di Brindavana adalah susu lambang dari pada hasil bumi atau hasil alam berupa tumbuh – tumbuhan sebagai sumber makanan utama manusia. Brindavana adalah kerajaan di mana Nanda sebagai raja dan Yasoda sebagai permaisuri. Di kerajaan inilah Sri Krsna waktu kecil dipelihara agar tidak diketahui oleh Raja Kangsa, paman Sri Krsna, yang ingin membunuhnya, karena ada suatu sabda Tuhan bahwa Raja Kangsa akan dibunuh oleh Putra Devaki yang kedelapan. Di kerajaan Brindavana inilah sapi – sapi disayang, dihormati, dipelihara, dengan penuh kasih sehingga menghasilkan susu berlimpah, sumber makanan penduduk. Para Gopi di Brindavana ini adalah rakyat yang tidak berpendidikan tinggi, namun lugu, penuh dengan rasa bakti pada Tuhan, jujur dan tekun merawat sapi – sapi yang dilindungi oleh Sri Krsna. Keadaan para Gopi di Brindavana ini, adalah suatu teladan bagi mereka yang ingin mencapai kesempurnaan hidup lewat jalan bhakti dan pengabdian kepada Tuhan. Pengabdian kepada Tuhan adalah dengan jalan merawat sapi alam semesta ini yang merupakan sember kehidupan semua mahluk (Darmayasa, 2008 : 11).


2.1.2.      Pandangan masyarakat yang ada di Indonesia
Dewasa ini, Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman budaya, suku dan agama. Indonesia memiliki enam agama yang diantaranya Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Islam merupakan agama terbanyak yang memiliki umat di Indonesia. Mereka memiliki hari raya di mana pada saat itu mereka melakukan upacara Kurban, mereka menyembelih hewan seperti sapi, kambing yang nantinya akan diberikan kepada pakir miskin. Upacara ini memang memiliki makna yang sangat mulia karena telah membantu pakir miskin, akan tetapi dalam konsep Hindu itu sangat menyalahi aturan. Seperti yang dijelaskan dalam buku keagungan sapi bahwa sapi merupakan ibu dari alam semesta. Semestinya kita sangat menghormati sapi, dan sapi tidak pantas untuk dibunuh atau disembelih, walaupun tujuannya mulia untuk membantu para pakir miskin. Tidak sepantasnya kita membahas ini lebih lanjut, karena setiap agama itu memiliki konsepnya masing – masing. 
Masyarakat Hindu yang ada di Indonesia pada umumnya, khususnya Bali menggunakan sapi sebagai simbol dalam upacara Pitra yadnya yaitu upacara Ngaben yang menggunakan sapi atau lembu menjadi sarana yang sangat penting dalam pembakaran jenazah. Dalam hal ini lembu tersebut adalah lambang alam semesta atau bumi (Darmayasa, 2008 : 4). Akan tetapi didalam kehidupan umat Hindu Bali belum paham akan penghormatan kepada sapi. Banyak umat Hindu yang tidak menghormati sapi seperti pada saat membajak sawah sapi dipukul, ditendang, dipaksa untuk membajak sawah, bahkan lebih parah lagi masih ada yang membunuh sapi dan memakan daging sapi. Dalam Catur Veda sudah jelas dikatakan bahwa :
Mata rudranam duhita vasunam
Svasadityanamamrtasya nabhih
Pranuvocam cikituse janaya
Ma gamanagamaditim vadhistira.

Sapi adalah ibu dari sebelas Rudra, putri dari para vasu,
Saudari dari putra – putra Aditi, saudari Sri visnu,
Pokok persembahan  kurban – kurba para dewa.
Karena itu, ku umumkan kepada
orang – orang berbudi pekerti dan bijaksana,
Jangan membunuh sapi yang tidak berdosa
dan yang tidak doleh dibunuh.

Rg Veda. 8. 11. 15.
Dari sloka diatas sangat jelas ditegaskan Ma Vadhistha artinya jangan dibunuh. Kata anagam dan aditim yang artinya dia yang tidak berdosa dan dia yang sama sekali tidak boleh dibunuh. Karena sapi adalah ibu dari para Rudra, sapi adalah putri dari para Vasu, saudari dari Sri Visnu,  saudari dari Aditya, karena sapi adalah pokok dari para yajna pusat dari amerta, karena sapi adalah anaga atau tidak berdosa, maka kuukmukan ma vadhistha, jangan dibunuh. Cikituse janaya juga sangat bermakna, yaitu permintaan ini, harapan ini, pengumuman ini, atau doa ini ditujukan kepada orang – orang berbudi pekerti dan bijaksana.

2.5  Konsep Totemisme dalam Teologi dan Filsafat Hindu
Hindu mengenal berbagai konsep yang salah satunya adalah konsep Totemisme. Totemisme adalah keyakinan akan adanya binatang keramat yang sangat dihormati. Binatang tersebut diyakini memiliki kesaktian. Umumnya adalah binatang binatang mitos, juga binatang tertentu di alam yang dianggap keramat (Titib, 1996 : 86). Dalam buku teologi kasih semesta dijelaskan bahwa pendapat lain mengenai pengertian Totemisme adalah adalah kepercayan pada benda atau tumbuh – tumbuhan atau hewan – hewan yang disucikan (dianggap suci) karena dianggap sebagai penjelmaan dewa yang merupakan nenek moyang kita. Dari pengertian di atas, Hindu memiliki ajaran yang tidak ada di aama lain. Hindu memberikan penghormatan kepada benda, tumbuhan dan sapi yang dianggap suci. Dalam beberapa sloka yang terdapat dalam Bhagavadgita juga menjelaskan mengenai Totemisme yang diantaranya :
asvatthah sarva-vrksanay            devarį¹£inam ca naradah
gandharvanam citrarathah          siddhanam kapilo munih

Di antara semua pohon, aku adalah pohon beringin.
Di antara resi di kalangan para dewa Aku adalah Narada.
Di antara para Gandharva Aku adalah Citraratha, dan
Di antara makhluk-makhluk yang sempurna Aku adalah resi Kapila.
Bhagavad Gita X. 26.

Pohon beringin (asvattha) adalah salah satu di antara pohon – pohon yang paling tinggi dan paling indah, dan banyak pengikut Veda memuja pohon itu sebagai salah satu ritual yang dilakukan pagi – pagi setiap hari. Di antara para dewa, mereka juga menyembah Narada, penyembah yang paling mulia di alam semesta. Karena itu, Narada adalah perwujudan Krsna sebagai seorang penyembah. Planet Gandharva penuh dengan makhluk yang menyanyi dengan merdu sekali, dan diantara semuanya, penyanyi terbaik adalah Citraratha. Di antara semua makhluk hidup sempurna, Kapila putera Devahuti, adalah perwujudan dari Krsna. Kapila adalah penjelmaan dari Krsna, dan filsafat Kapila disebut dalam Srimad-Bhagavatam. Kemudian ada orang lain yang bernama Kapila yang menjadi terkenal, tetapi filsafat Kapila yang kedua tidak percaya kepada Tuhan. Karena itu ada perbedaan besar antara antara Kapila yang pertama dan Kapila yang kedua. Menurut Donder (2006 : 215) yang menyatakan bahwa konsep totemisme di dalam agama Hindu dapat ditemukan dalam bebrapa sloka antara lain ;

2.2.1     Benda – benda Totemisme dalam Hinduisme
Totemisme sebagaimana diuraikan di atas, bahwa didalamnya terdapat beberapa isme, salah satu dintaranya adalah unsur kepercayaan terhadap benda – benda yang dianggap keramat (Donder, 2006 : 216). Dalam kitab suci Bhagavadgita terdapat beberapa perumaan dari Sri Krisna yang berkaitan dengan benda – benda totemisme yang diantaranya ;  sthavaranam himalayah ‘di antara benda – benda yang tak bergerak Aku (Tuhan) adalah gunung Himalaya’ (Bhagavadgita X : 25). Kalimat ini mengandung arti bahwa Tuhan dalam hal ini diwujudkan sebagai Krsna diumpamakan sebagai benda yang tertinggi di dunia yaitu gunung Himalaya, yang berarti Sri Krsna dalam hal ini manifestasi dari Tuhan merupakan yang tertinggi dan paling mulia. Kalimat yang lain yaitu sarasam asmi sagarah ‘di antara danau Aku (Tuhan) adalah samudera’ (Bhagavadgita X : 24). Kalimat ini menjelaskan bahwa di antara semua sumber air, samuderalah (lautan) yang paling besar. Dari segala perwujudan Tuhan sebagai Krsna,  hanya memberi isyarat – isyarat tentang kebesaran Tuhan. Di bawah ini salah satu Sloka dalam Bhagavadgita yang menunjukan Tuhan dalam perumpamaannya sebagai benda – benda totemisme yaitu sebagai berikut :
Adityanam aham visnur          jyotisam ravir amsuman
Maricir marutam asmi            Naksatranam aham sasi

Di antara para Aditya aku adalah Visnu
Di antara sumber – sumber cahaya Aku adalah matahari yang cerah di antara para Marut Aku adalah Marici di antara bintang – bintangAku adalah bulan
Bhagavadgita X. 21.

Dari sloka di atas, dijelaskan dua belas Aditya. Krsna adalah yang paling utama di antara dua belas Aditya itu. Di antara semua sumber cahayadi langit, mataharilah yang paling utama, dalam brahma-Samhita matahri diakui sebagai mata-Nya Tuhan Yang Maha Esa yang cemerlan. Ada lima puluh jenis angin ysng bertiup di angkasa. Di antara angin – angin itu, Marici, dewa yang menguasainya, adalah lambang Krisna.  Di antara bintang – bintang, bulanlah yang paling terkemuka pada waktu malam. Karena itu, bulan adalah lambang Krsna. Dari ayat ini,  bulan adalah salah satu bintang – bintang yang berkelap kelip di angkasa juga mencerminkan dari cahaya matahari. Teori bahwa ada banyak matahari dalam alam semesta tidak diakui oleh kesusastraan Veda. Matahari adalah satu, bintang – bintang memancarkan cahaya yang dipantulkan dari matahari. Seperti halnya bulan juga memancarkan cahaya yang dipantulkan dari matahari. Oleh karena Bhagavad-gita menunjukan disini bahwa bulan adalah salah satu bintang, binang yang berkelap – kelip bukan matahari – matahari, tetapi serupa dengan bulan (Prabhupada, 1987 : 531).
Kalimat – kalimat wejangan Sri Krsna tersebut di atas bermaksud menjelaskan bahwa jika Tuhan diumpamakan benda – benda, maka segala sesuatu yang terbesar, terhebat yang tiada tandingannya, adalah wujud yang boleh digunakan untuk mewakili perumpamaan itu (Donder, 2006 : 216). Walaupun sesungguhnya benda – benda itu bukanlah Tuhan itu sendiri, maka tidak salah jika manusia mengagung–agungkan bahkan menyembah perumpamaan – perumpamaan yang diwejangkan oleh Sri Krsna. Donder (2006 : 217) mengatakan tidak ada kata salah bagi proses pendakian spiritual, seorang pendaki gunung akan selalu menemukan berbagai level “tempat peristirahatan sementara” yang semakin memperluas pandangan dan lebih mengasikan perjalanan pendakiannya.

2.2.2     Tumbuh – tumbuhan Totemisme dalam Hinduisme
Totemisme sebagai konsep Hindu yang didalamnya terdapat kepercayaan terhadap tumbuh – tumbuhan yang dianggap keramat atau suci. Di dalam kitab Bhagavadgita, Catur Veda, kitab Purana menyebutkan beberapa tumbuhan – tumbuhan yang dianggap suci, seperti pohon Beringin, pohon Tulasi, pohon Bilva, pohon Kalpavrksa tanaman Soma. Di dalam Bhagavadgita terdapat beberapa Sloka yang menyebutkan tumbuh – tumbuhan yang dianggap suci yaitu : Asvatthah sarva-vrksanam ‘Di antara semua pohon, Aku (Tuhan) adalah pohon beringin’ (Bhagavadgita X.26). Kalimat ini menjelaskan bahwa pohon beringin (asvattha) adalah salah satu di antara pohon – pohon yang paling tinggi dan paling indah, dan banyak pengikut Veda memuja pohon itu sebagai salah satu ritual yang dilakukan pagi – pagi setiap hari (Prabhupada, 1989 : 534). Asvattha juga dijelaskan dalam Rg Veda sebagai pohon suci.
Selain pohon Beringin, pohon Tulasi juga merupakan pohon yang dianggap suci dan pohon ini sangat identik dengan keberadaan Avatara Sri krsna. Donder (2006 : 217) menceritakan bahwa dalam kitab Brahmavaivarta Purana, dikisahkan seorang raja Kusadhavaja memiliki seorang putri yang sangat cantik hingga anak itu diberi nama Tulasi yang artinya tidak tertandingi. Tulasi yang cantik ini jatuh cinta pad Sri krsna, namun karena berbagai hal menyangkut rangkaian karma Tulasi ini tidak gampang untuk meraih lelaki pujaannya dalam artian fisik. Berbagai rintangan telah dilalui hingga harus bersuami dengan seorang raksasa ganteng bernama Sankhacuda. Oleh skenario Sri Krsna sendiri, sankhacuda meninggal dalam pertempuran. Untuk mendamaikan hati sang janda (Tulasi), maka Sri Krsna memberitahukan Tulasi akan mendapatkan tubuh kedewataan untuk bisa masuk kedalam Vaikuntaloka tempatnya Sri Krsna. Di sana Tulasi akan bersatu kembali dengan Sri krsna, sedangkan tubuh fisiknya yang masih ada di bumi akan menjadi sungai Gandaki yang suci dan mengalir melalui Bharatavarsa, dan rambutnya akan tumbuh menjadi tanaman Tulasi yang suci. Sejak itu dikenallah tanaman Tulasi itu sebagai tanaman suci. Diuraikan dalam Purana, apabila seseorang mandi dengan menggunakan air yang sudah disucikan menggunakan Tulasi, itu sama artinya dengan melakukan Tirthayatra ke semua tempat suci. Jika orang berkata – kata yang tidak pantas ketika memegang Tulasi, maka akan mendapatkan neraka dengan waktu yang sangat lama.
Donder (2006 : 219) menyatakan ada juga tanaman lainnya yang dihormati yaitu tanaman Soma yang kurang lebih desebut sebanyak 140 kali dalam Veda. Tanaman Soma ini diartikan “manis (madu) kenikmatan” dari kebahagiaan yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Soma merupaka minuman apar dewa.
Pohon Bilva dipercaya sebagai pohon suci, yang masyarakat Bali biasa menyebutnya dengan nama Bila atau Maja. Selain jenis tanaman di atas, pohon Kalpavrksa juga dikenal sebagai tumbuhan suci yang hidupnya di khayangan (devaloka). Di katakan pohon ini akan mengabulkan apa saja yang dimohonkan oleh seseorang.
Tumbuh – tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang memiliki kedudukan yang sangat penting baik dalam hubungannya memperkuat keyakinan kepada Tuhan ataupun fungsinya sebagai sarana untuk mengenang kembali hubungan asal – usul atau silsilahnya (Donder, 2006 : 221). Dan karena tumbuhan tersebut memiliki fungsi religi, maka wajarlah umat manusia mengagung – agungkan dan memuja tumbuhan tersebut.
2.2.3     Hewan – hewan Totemisme
Selain kepercayaan terhadap benda dan tumbuha suci, dalam totemisme juga menjelaskan mengenai kepercayaan akan adanya hewan – hewa suci. Di dalam kitab Bhagavadgita, Sri Krsna dalam wejangannya terdapat perumpamaan – perumpamaan dari Sri Krsna (Tuhan), seperti : dhenunam asmi kamadhuk ‘di antara sapi – sapi Aku (Tuhan) adalah surabhi’ (Bhagavadgita X : 28). Di Krsnaloka di angkasa rohani sapi – sapi yang dapat di perah pada setiap saat, dan sapi – sapi itu memberi susu sebanyak apa yang diinginkan seseorang. Tentu saja, sapi –sapi seperti itu tidak ada di dunia material ini, tetapi disebut bahwa sapi –sapi itu ada di Krsnaloka. Krsna memelihara banyak sapi –sapi seperti itu yang disebut surabhi. (Prabhupada 1989 : 536). Sarpanam asmi vasukih ‘di antara ular – ular Aku (Tuhan) adalah vasuki (Bhagavadgita X : 28).
Di bawah ini sebuah Sloka yang menunjukan perumpamaan dari Tuhan, yaitu sebagai berikut :
Uccaihsravasam asvanam    viddhi mam amrtodbhavam
Airavatam gajendranam     naranam ca naradhipam

Ketahuilah bahwa di antara kuda – kuda Aku adalah Uccaihsrava, yang diciptakan pada lautan dikocok untuk menghasilkan minuman kekekalan. Di antara gajah – gajah yang agung Aku adalah Airavata, dan di antara manusia Aku adalah raja.
Bhagavadgita X.27.

Donder (2006 : 221) mengatakan bahwa penggunaan pigur benda, tumbuhan, dan hewan – hewan tertentu untuk mengumpamakan kemahakuasaan Tuhan adalah sebagai sarana yang berfungsi untuk menjunjung metodologi penanaman Sradha (keimanan). Jika benda – benda, tumbuh – tumbuhan, dan hewan – hewan itu kemudian berubah fungsi menjadi isme ataupun dogma, dan bukan sekedar mitos, maka hal itu merupakan proses pendakian spiritual. Sebagai seorang pemula dalam pendaki spiritual pasti akan menemukan kepercayaan terhadap isme  ini. Dan dengan perumpamaan – perumpamaan ini, setidaknya manusia akan lebih menghargai keberadaan benda, tumbuhan dan hewan – hewan tersebut, sehingga akan tercipta keharmonisan yang seimbang di alam semesta ini.

2.6  Keagungan Sapi dalam Teks – Teks Hindu
Keagungan sapi terdapat dan tertulis dalam teks – teks Hindu, seperti yang terdapat dalam kitab Catur Veda yang terdiri dari ; Rg Veda, Sama Veda, Yajur Veda, dan atharva Veda. Selain Catur Veda, Hindu juga mengenal kitab Bhagavadgita yang dimana isi dari kitab Bhagavadgita adalah percakapan dari Sri krsna dan Arjuna yang menceritakan tentang kewajiban-kewajiban umat manusia.
Berikut ini adalah bukti-bukti tentang keagungan sapi yang terdapat dalam teks – teks Hindu adalah sebagai berikut :
2.3.1      Rg Veda
Rg Veda merupakan salah satu bagian dari Catur Veda, di bawah ini beberapa sloka yang menggambarkan tentang keagungan sapi yang terdapat dalam Rg Veda sukta 28, yaitu diantaranya :

a gavo agmann uta bhadm akran sidantu gosthe
Ranayantv asme prajavatih pururupa iha syur indraya
Purvir uso duhanah

Semoga sapi – sapi datang dan membawakan kami peruntungan baik
Biarlah mereka tinggal dalam kandang kami dan menikmatinya dalam kebersamaan dengan kami semoga banyak sapi yang berwarna – warni membawa kemari susu melimpah guna persembahan pada penguasa maha cemerlang di banyak fajar
Rg Veda 6.28.1.

na ta nasanti na dabhati taskaro
nasam amitro vyathir a dadharsati
devams ca yabhir yajate dadati ca
jyog it tabhih secate gopatih saha

jangan biarkan sapi – sapi berlarian menyingkir dari kami jangan biarkan pencuri mengambilnya jangan biarkan senjata musuh menimpanya semoga majikan dari ternak lama memilikinya dengan hasil susu yang dapat dijadikan persembahan dan dapat dipakai untuk melayani manusia ilahi
Rg Veda 6.28.3.

Na ta arva renukakato asnute na
Samskrtatram upe yanti ta abhi
Urugayam abhayam tasya ta anu gavo
Martasya vi caranti yajvanah

Jangan biarkan sapi – sapi menjadi korban kuda perang yang angkuh dan yang menimbulkan debu. Jangan biarkan mereka jatuh ketangan para penjagal atau tokonya. Biarlah ternak orang – orang, kepala rumah tangga, bebas bergerak dan merumput tanpa rasa takut.
Rg Veda 6.28.4.
Gavo bhago gava indro me acchan
Gavah somasya prathamasya bhaksah
Ima ya gavah sa janasa indra
Icchamid dhrda manasa cid indram

Semoga sapi – sapi menjadi kemakmuran kami, semoga penguasa maha cemerlang menganugrahi kami ternak : semoga sapi –sapi menghasilkan makanan (susu dan mentega) dari sesajian pertama. Wahai manusia, sapi – sapi ini sacral seperti penguasa maha cemerlang itu sendiri, - penguasa yang berkahnya kami dambakan, dengan kepala dan hati.
Rg Veda 6.28.5

Yuyam gavo madayatha krsam cid
Asriram cit krnutha supratikam
Bhadram grham krnutha bhadravaco
Brhad vo vaya ucyate sadhasu

Wahai sapi, engkau bahkan memperkuat yang lelah dan using serta membuat yang tak menyenangkan menjadi indah dipandang. Kelembutanmu menguntungkan dan menjadi makmur. Sangat agung kelimpahan yang dikenakan padamu dalam upacara keagamaan kami.
Rg Veda 6.28.6.


Prajavatih suyavasam risantih suddha
Apah suprapane pibantih
Ma van stena isata maghasamsah pari
Vo heti rudrasya vrjyah

Wahai sapi – sapi, semoga engkau memiliki banyak anak sapi yang merumput pada padang rumput yang baik dan minum air tawar pada kolam yang mudah dicapai. Semoga tak ada pencuri yang menjadi majikanmu. Semoga tak ada binatang buas pemangsa yang menyerangmu dan semoga paser dari penguasa vital tak pernah menimpanya.
Rg Veda 6.28.7.


Sloka di atas menunjukan betapa dihormatinya seekor sapi dalam Rg Veda  sapi akan senantiasa memeberikan susunya yang melimpah untuk kesejahteraan umat manusia. Darmayasa (2009 : 33) menyatakan bawa siapa pun atau keadaan apa pun yang didatangi oleh sapi akan menjadi sejahtera. Upacara suci yang didatangi oleh sapi akan menjadi berhasil, kendati ada kekurangan perlengkapan dan doa.
2.3.2      Yajur Veda

Darmayasa (2009 : 36) dalam Yajur Veda mengatakan apyayadhvamaghnya Lindungilah sapi, dia yang bagaimanapun juga tidak boleh dibunuh. Dibawah ini bebrapa sloka yang terdapat dalam Yajur Veda yaitu sebagai berikut :
Brahma suryasamam jyotir
Dyauh samudrasamam sarah
Indrah prthivyai varsiyan
Gostu matra na vidyate

Sinar dari pengetahuan bisa bibandingkan dengan matahari, surge bisa perbandingan dengan lautan, ibu pertiwi adalah sangat cepat, lebih cepat lagi adalah indra, tetapi catatlah….., bahwa sapi tidak pernah dapat diperbandingkan dengan apa pun.
Yajur Veda 23.48.

Imam sahasram satadharamutsam
Vyacyamanam sarirasya madhye
Ghrtam duhanamamditim janaya
Agne ma hinsih paramevyoman

Dia yang melindungi dan memelihara ratusan bahkan ribuan, dia yang merupaan sumber dari susu, dia yang membagi – bagikan susu kepada orang, dia yang aditi (dia yang tidak boleh dipotong menjadi bagian – bagian), jangan menyiksa sapi yang demikian di dunia ini.
Yajur Veda 13.49.

2.3.3      Sama Veda
Rg Veda menjelaskan mengenai jangan menyakit sapi, begitu juga pada Sama Veda yang menganjurkan untuk tidak menyakiti sapi. Di bawah ini akan di sebutkan salah satu sloka yang terdapat dalam Sama Veda yang menjelaskan mengenai keagungan sapi yaitu sebagai berikut :
Na ki deva inimasi na kyayopayamasi
Mantrasrutyam caramasi

yaitu kita bertindak sesuai dengan perintah, yang terkandung dalam himne Weda. kita, oleh karena itu, tidak pernah resor untuk pembantaian manusia atau lainnya dan kami tidak pernah mencobai siapapun untuk melawan tugas-tugasnya.

Sama veda 176.

Dalam Sama Veda  dijelaskan bahwa hendaknya bertindak sesuai dengan perintah yang terdapat dalam mantra – mantara Veda (Darmayasa, 2009 : 42).  Karena itu, kita hendaknya jangan menyakiti bahkan membunuh orang atau makhluk – makhluk lain di dunia ini. Seluruh bagian – bagian dari Veda menjelaskan untuk tidak menyakiti sapi bahkan membunuh sapi.

2.3.4      Atharva Veda
Atharva Veda merupakan bagian dari catur veda yang terakhir, isi dari Atharva Veda hampir sama dengan bagian – bagian Veda yang lain. Dibawah ini beberapa sloka dalam Atharva Veda yang mengagungkan sapi yaitu sebagai berikut :
Namaste jayamanayai jataya uta ten amah
Balebhyag saphebhyo rupayaghnyai ten amah

Wahai sapi aghnye, Anda yang tidak boleh dibunuh! Pada saat kelahiran Anda aku menyampaikan sembah sujud, setelah Anda lahir pun aku menyampaikan sembah sujud, untuk keseluruhan badan dan wujud Anda, bahkan sampai dengan bulu dan kuku Anda pun aku enyampaika sembah sujud.
Atharva Veda 10.10.


Gobhyo asvebhyo namo yacchalayam vijayate
Vijavati prajavati vi te pasanscrtamas

Dia yang dilahirkan di rumah, kepada sapid an kepada kuda seperti itu sembah sujudku. Wahai rumah di mana sapi dilahirkan dan di mana anak –anak sapi berada, semua akan dibebaskan dari masalah, semua akan dibebaskan dari ikatan – ikatan.
Atharva Veda 9.3.13.

     Jadi, kesimpulan akhir Rg Veda, Yajur Veda, Sama Veda, dan Atharva Veda adalah GAM MA HINSIH atau JANGAN MEMBUNUH SAPI (Darmayasa, 2009 : 55).


BAB III
PENUTUP
3.1  Simpulan
Hindu mengenal konsep – konsep isme, yang salah satunya totemisme yaitu percaya dengan benda, tumbuhan dan hewan – hewan yang dianggap suci. Dalam Hindu hewan yang dianggap suci yaitu sapi. Sapi dikatakan sebagai ibu alam semesta. Seperti halnya bumi yang memberikan hasil yang merimpah ruah sperti bahan pangan, dan berbagai kebutuhan umat manusia, begitu juga sapi yang telah memberikan susunya kepada umat manusia.
Dewasa ini, umat Hindu yang di dunia, khususnya Indonesia dan India memiliki pandangan yang berbeda tetang sapi. Di India, umat Hindu sangat menghargai adanya sapi, tidak menyakiti bahkan membunuh sapi. Lain halnya dengan umat yang ada di Indonesia, khususnya Bali sanngat tidak menghargai sapi, masih banyak masyarakat yang memakan daging sapi, menyakiti sapi ketika membajak sawah. Padahal hal ini sudah jelas tertulis dalam kitab suci Hindu yaitu Veda yang melarang untuk menyakit bahkan membunuh sapi.
Dalam Catur Veda, jelas dikatakan bahwa gam ma hinsih yang artinya jangan membunuh sapi. Sapi harus dihormati, dihargai, tidak boleh disakiti bahkan dibunuh. Berbagai teks – teks Hindu yang menjelaskan tentang keagungan sapi  dan melarang untuk menyakitinya.


3.2  Saran
Sebagai umat Hindu, kita harus bisa mengimplementasikan dari ajaran – ajaran Veda. Setiap sloka yang terdapat dalam Veda harus mampu dipahami dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari - hari. Dalam konsep Hindu  yaitu totemisme yang menganggap sapi sebagai hewan suci, dan jelas tertulis dalam sloka – sloka Veda bahwa umat Hindu sangat menghormati dan menghargai sapi. Oleh karena itu, sangat dilarang bagi umat Hindu untuk makan daging sapi, membunuh sapi, menyakiti sapi, karena sapi telah membantu manusia dalam menjalankan kehidupan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Darmanyasa, Made. 2008. Keagungan Sapi menurut Weda. Denpasar : Pustaka Manikgeni.
Donder, I Ketut. 2006. Brahmavidya : Teologi Kasih Semesta. Surabaya : Paramita.
Maswinara, I Wayan. 2004. Rg Veda Samhita. Surabaya : Paramita.
Swami Prabhupada, Sri-Srimad A.C. Bhaktivedanta. 2006. Bhagavadgita. Indonesia : Hanuman Sakti.
Titib, I Made. 1996. Veda Sabda Suci. Surabaya : Paramita.