Pada awal bulan september tahun 2009 ku bertemu denganmu dalam sebuah upacara keagamaan, dari pertamaku melihatmu ku sudah merasakan ada rasa di hati ini. Ku pikir rasa itu hanya kesenangan sementara, namun ternyata rasa ini tak pernah hilang, hingga akhirnya satu kata yang ku dengar dari mulutmu "I LOVE YOU" kata yang tak pernah ku sangka akan kau ucapkan. Begitu banyak penghalang yang datang setelah ku mendengar kata itu, banyak faktor yang berusaha memisahkan kita.
Hingga akhirnya pada tanggal 21 September 2009 kita memutuskan sebagai awal dimulainya hubungan kita.
Dua tahun berjalan, kita menjalani hubungan jarak jauh (LDR). Hingga tiba pada pertengahan tahun 2011, kita bertemu. Namun banyak tantangan dan rintangan yang seolah menghalangi hubungan kita, mulai dari ketidak setujuan salah satu keluarga kita, kerahasiaan akan hubungan kita yang tak boleh diketahui oleh orang banyak karena "dia", hingga laki laki lain yang mulai mendekatiku yang membuatmu terganggu. Hingga beberapa kali kita harus putus. Entah apa yang akan terjadi pada hubung kita, apakah kita ditakdirkan untuk bersama?? Aku tak tau!! Tapi yang bisa ku pastikan disaat kita putus, akan selalu ada jalan untuk kita kembali lagi.
Di tahun 2015 ini kita akan memasuki tahun ke 6 pada bulan september ini. Ku merasa senang, bahagia karena begitu lama kau ada disampingku. Namun aku merasa takut, bagaimana jika kita terpisahkan lagi?? Bahkan jika kita tak bisa bersama!! Aku sangat takut akan hal itu.
Sejauh ini ku berharap kau lah yang terakhir dalam hidupku, aku sangat tertarik padamu. Sikapmu selalu membuat aku yakin bahwa kau lah cintaku.
Arsawan, aku berterimakasih atas apa yang kau beri padaku. Takkan ku sakiti lagi hatimu, ku kan jaga hingga akhir hidupku.
Dan semoga kita bisa melewati anak anak tangga ini sampai nanti kita mencapai puncak.
MY HEART WILL GO ON
💗 aRsaNtiie 💗
Santi Om
Rabu, 18 Maret 2015
Kamis, 06 Desember 2012
Puisi
JENDRAL SUDIRMAN
Oleh : Ni Ketut Santi
SUDIRMAN............
PAHLAWANKU YANG GAGAH BERANI
RELA MATI DEMI BANGSA INDONESIA
JENDRAL SUDIRMAN...........
SANG PATRIOT SEJATI
PANGLIMA BESAR TNI ANGKATAN PERANG
MELAWAN PENJAJAH MEREBUT KEMERDEKAAN
SUDIRMAN.............
LEBIH BAIK HANCUR
BERSAMA DEBUNYA KEMERDEKAAN
DARI PADA HIDUP SUBUR
DALAM ALAM PENJAJAHAN
JENDRAL SUDIRMAN...........
HANYA ADA SATU TEKAD
YANG ADA DI DALAM HATI
MERDEKA ATAU MATI.
Minggu, 21 Oktober 2012
Kebangkitan
Tuhan, aku tak mau terppuruk terus, aku akan bangun dari tidur panjangku, aku akan menhapus air mata kesengsaraan ini, aku mulai menyalakan api kemenangan dan akan bangkit dari keterpurukan ini, telah lelah dan cape aku seperti ini, aku akan menjalani semuanya dengan Iklhas dan Syukur. Kan ku abaikan semua bisikan yang telah buat ku terpuruk, aku akan bangkit, bangkit, dan bangkit dari semuanya. tak akan ada keluhan, tak kan ada kesedihan, tak kan ada rasa tersisihkan. Aku dilahirkan dan diciptakan, aku yakin semua itu terjadi karena aku dibutuhkan di dunia ini, aku akan mengabdi pada-Mu dan orang tuaku.
Aku akan menjadi yang terbaik.
Om Sairam.... Love God....
Kesadaran
Tuhan, aku menyadari bahwa aku tak bisa terpuruk terus seperti ini, aku ingin bangkit, aku ingin menghadapi semua masalah ini, aku tak tau harus beradu pada siapa, aku tak tau bagaimana aku harus melangkah. ternyata aku baru menyadari betapa bodoh aku mencari orang - orang yang bisa mendengarkan curhatku, kenapa harus jauh - jauh, aku punya KAMU Tuhan, seharusnya Engkaulah tempatku beradu, aku menyadari selama ini aku telah melupakanmu, aku telah menjadi orang yang malas, jahat, aku selalu mengeluh. aku menyadari itu Tuhan.
Tuhan, aku tak ingin apa - apa lagi, apapun cobaan dan masalah yang Engkau berikan, aku terima dan aku akan menjalaninya dengan sebuah kata Syukur dan senyuman. Tuhan, aku akan menjadi orang yang kuat, aku pasti bisa lewati semuaini, aku pasti akan menjadi orang yang terbaik untuk Mu dan orang tuaku. Tuhan tak kan ku sesali semua ini.
Kini saatnya aku Bangkit kembali. I LOVE YOU GOD.
Jumat, 19 Oktober 2012
Kehancuran
"KEHANCURAN AND THE DARK HOURS"
Jumat, 19 Oktober 2012.
Hari ini dimana aku merasakan saat - saat yang sangat gelap (The Dark Hours). tepatnya pukul 10.00 wita. Aku duduk sendiri disebuah lorong dan tak ada yang pedulu, aku dihadapkan pada suatu pilihan yang sangat sulit, sulit sekali. Aku berdoa pada-Nya agar mau membantu masalahku, aku tak ingin memilih. tapi sepertinya Dia tak mendengardoaku. Tak tau harus berbuat apa,,, pikiran yang mumet dan kacau selalu menggentayangi pikiranku. aku harus memilih kuliah atau menwa??????????????????? aku bingung, disatu sisi tujuanku adalah untuk kuliah, tp semari itu aku ingin mewujudkan cita - citaku menjadi Resimen Mahasiswa. Memilih untuk persentasi demi nilai dan kelompok, atau Rikes di kesdam yang keduanya tidak akan terulang untuk kedua kalinya, jika aku gak ikut persentasi, nilaiku pasti anjok dan jika aku tak ikut rikes, keinginanku untuk jadi anggota Resimen tahun in akan tertunda.
Aku tak bisa berfikir, semua kulewati hanya dengan tetesan air mata, tepat di saat itu, seorang senior dari menwa menelponku, dia berusaha untuk mengajakku ikut rikes, dia mengatakan "jika kamu gak ikut rikes, kamu gak bisa masuk rindam. saya tahu ini pilihan yang berat, tapi kamu harus putuskan sekarang, kamu mau kesini tidak?" dengan ragu menjawab "Iya"dan dia mematikan telpon dan langsung menjemputku. dan pada akhirnya aku tak ikut persentasi, aku tak tahu bagaimana nilaiku.
Setelah usai aku berfikir kenapa aku mendapatkan pilihan seperti ini, aku ragu pada-Nya apa dia tau aku sedang membutuhkan bantuan-Nya, spertinya dia tak bergeming dari Stana-Nya. aku tak percaya lagi pada-Nya.
Walaupun sudah berakhir masa - masa kegelapanku, tapi aku tak bisa terima adanya Dia. Aku yakin semua yang terjadi karena aku dan pilihanku. Hal ini semakin buatku yakin, karena tak ada yang sayang lagi padaku, tak ada yang peduli. mungkin karena aku tak pantas dipedulikan oleh siapapun. aku tak peduli, aku bisa sendiri. mungkin orang kira aku ini aneh. iya aku aneh, dan aku tak peduli. inilah yang ku rasakan.
Sabtu, 14 Juli 2012
Makalah Veda
MASA PENYUSUNAN
MANTRA – MANTRA VEDA
Oleh :
Nama :
Ni ketut Santi
NIM :
11.1.4.5.1.18
Semester : 2 (Dua)
JURUSAN
TEOLOGI FAKULTAS BRAHMA WIDYA
INSTITUT
HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2012
I
PENDAHULUAN
Veda memiliki arti dan makna
“pengetahuan”. Veda merupakan pedoman
yang digunakan oleh umat Hindu dalam menjalankan kehidupan sehari – hari. I.B.
Supartha (2009 : 6) menyebutkan Veda adalah wahyu Tuhan atau sabda suci yang
diturunkan oleh Sang hyang Widhi untuk semua umat manusia di Jagat Raya ini
bukan hanya untuk segolongan umat manusia saja. Kitab suci Veda bersifat
universal, semua ajaran dalam Veda dapat dipelajari oleh semua mahluk di dunia
ini.
Secara etimologi kata Veda
berasal dari kata "Vid" dalam bahasa sanskerta, yang artinya mengetahui
atau pengetahuan. Veda adalah ilmu pengetahuan suci yang maha sempurna dan
kekal abadi serta berasal dari Hyang Widhi Wasa. Kitab Suci Veda dikenal pula
dengan Sruti, yang artinya bahwa kitab suci Veda adalah wahyu yang diterima
melalui pendengaran suci dengan kemekaran intuisi para maha Ṛṣi. Juga disebut
kitab mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan. Dengan demikian yang
dimaksud dengan Veda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak boleh diragukan
kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa.
Veda
merupakan sebuah saripati pengetahuan sejati yang dianugrahkan oleh Tuhan demi
kesejahteraan umat manusia. Sayanacharya (pencatat ‘Veda’ zaman dulu)
mengemukakan definisi Veda adalah kitab kuno yang menguraikan tentang cara –
cara mencapai tujuan yang diinginkan dan juga cara – cara menyelamatkan
seseorang dari bencana. Seperti kita membutuhkan mata untuk melihat dunia
fisik, demikian pula halnya, juga kita membutuhkan mat Veda untuk melihat unsur
– unsur yang maha suci. Sejak zaman dulu Veda telah dijadikan landasan atau
pedoman masyarakat dalam bertindak. Veda bisa dipelajari oleh seluruh umat
manusia di dunia ini, seperti yang tertuang jelas dalam kitab Yajur Veda XXVI.2
sebagai berikut :
Yathemāṁ wācaṁ kalyāṇim
Āwadāni janebhyaḥ
Brahma rājanyābhyāṁ
Śūdrāya cārayāya ca
Swāya cāraṇāya ca
Terjemahannya :
Aku telah ajarkan sabda suci (Veda)
ini kepada seluruh umat manusia, Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra, kepada
semua orang dan orang – orang asing sekalipun.
Siapapun bisa mempelajari Veda tanpa
terkecuali, karena Veda juga sebagai kitab suci yang merupakan sumber Dharma (Vedo ‘khilo dharma mūlaṁ) dan bukan
karangan manusia (Apauruseya). Veda
merupakan kebenaran suci yang ada untuk selama – lamanya (Sanatana Dharma).
II
PEMBAHASAN
1.
Sifat Veda Anādi-Ananta
Tidak berawal – tidak ada
kepengarangan
Veda disebut
Anādi yaitu tanpa awal dari segi waktu. Artinya sesuatu atau yang lebih tua
dari Veda, tidak ada. Jadi Veda sudah ada sejak kapanpun. Veda tidak berawal,
karena merupakan Sabda-Nya telah ada sebelum alam diciptakan oleh-Nya (Titib,
1996 : 36). Ini sangat bertolak belakang dengan logika. Dewasa ini, suatu buku
memiliki syarat kepengarangan atau setidaknya ada sumber yang jelas mengenai
buku tersebut. Tapi lain halnya dengan kitab suci Veda, Veda tidak ada yang
mengetahui siapa yang mengarang dan kapan Veda itu ada. Dalam mantra – mantra Veda banyak menyebutkan
tentang poara maha Ṛṣi sehingga banyak orang berasumsi bahwa Veda diciptakan
atau dikarang oleh para Ṛṣi dan para Ṛṣi mendapatkan Wahyu dari Sang Hyang
Widhi. Akan tetapi asumsi ini tidak sepenuhnya benar, karena menurut definisi
Veda, Veda adalah “Apourusheya” atau
tidak bersumber dari manusia. “Pourusheya”
adalah karya manusia. Karena Veda bukan karya manusia, para Ṛṣi yang adalah
manusia tidak mungkin menulisnya (Sri Chandrasekharendra, 2009 : 4).
Seperti halnya
benua Amerika, yang ditemukan oleh Columbus. Hal itu bukan berarti mengatakan
bahwa Columbuslah yang menciptakan benua Amerika. Jadi benua Amerika sudah ada
sebelum Columbus menemukannya, hanya saja Columbus membantu manusia, sehingga
benua Amerika diketahui oleh umat manusia. Sama halnya dengan Veda, Veda sudah
ada sebelum maha Rsi ada, hanya saja para Ṛṣi lah yang menemukannya dan
menyampaikan kepada umat manusia. Dan mantra – mantra sudah ada; selalu ada.
Karena para Ṛṣi menemukannya, maka nama mereka dikaitkan dengan mantra tertentu
(Sri Chandrasekharendra, 2009 : 5). Asumsi lain mengatakan Veda diciptakan
bersamaan dengan penciptaan alam semesta. Artinya Veda diciptakan ketika Brahma
menciptakan alam semesta. Akan tetapi asumsi ini keliru karena dalam kitab –
kitab sastra yaitu Srimad Bhagavatam, menyebutkan bahwa Veda sudah ada sebelum
penciptaan karena Brahma sendiri dikatakan melakukan penciptaan dengan bantuan
mantra – mantra Veda yang hanya ada sebagai suara di dalam ruang. Lalu, Jika
mantra – mantra disebut “Anadi”, apakah
artinya mereka selalu ada? Dimanakah mereka berada?
Sri
Chandrasekharendra (2009 : 6) menyebutkan Tuhan tidak menciptakan Veda jika Dia
dan Veda keduanya bersifat Anādi. Jika
Ia menciptakannya, maka Veda mempunyai awal. Dalam Brihadharanyaka Upanisa (2,4,10) mengatakan bahwa Veda dalam bentuk
Rig, Yajur, Sama dan Atharva adalah nafas Iswara; ‘Nishwasitam’ adalah kata
yang digunakan untuk pengeluaran nafas.
Dalam
Bhagavad Gita Bab 15 sloka 15 menyebutkan :
Sarvasya cāhaṁ hṛdi sanniviṣṭo
mattaḥ smṛtir jñānam apohanaṁ
vedaiś ca sarvair aham eva vedyo
vedānta-kṛd veda-vid eva cāham
Terjemahan
:
Aku
bersemayam di dalam hati setiap makhluk. Ingatan, pengetahuan dan pelupaan berasal
dari-Ku. Akulah yang harus diketahui dari segala Veda; memang Akulah yang
menyusun Vedānta, dan Akulah yang mengetahui Veda.
Sri krisna
menjelaskan bahwa Dia tidak menciptakak Veda, melainkan dia diketahui oleh Veda
dan Dia mengetahui Veda. Lebih jaud Dia tidak menyebutkan diri-Nya sebagai yang
membuat Veda, tapi sebagai orang yang menjadi subyek semua Vedanta atau Vedantakrit, buka sebagai Vedakrit. Ia menyebutkan diri-Nya
sebagai sendiri sebagai hasil akhir evolusi manusia, bahkan sebelum penciptaan,
Iswara dan Veda berada bersama – sama.
Dalam Bhagavata
Purana juga tidak berbicara bahwa Tuhan telah membuat Veda, Veda dikatakan
sebagai manifestasi dari jantung hatinya. Kata yang digunakan adalah ‘Sputa’ yang berarti manifestasi tiba –
tiba dari sesuatu yang sudah ada. Jadi Veda merupakan bagian dari Tuhan atau
nafas Tuhan.
Veda Tanpa Akhir
Dewasa ini,
seperti dijelaskan bahwa Veda tidak berawal “Anādi”,
dan Vedapun tanpa akhir “Ananta”. Sehingga
sering dikatakan bahwa Veda bersifat Anādi-Ananta. Titib (1996 : 36)
menyebutkan bahwa Veda tidak berakhir karena ajarannya berlaku sepanjang jaman.
Veda tidak akan pernah putus atau berakhir. Seperti Genitri yang merupakan
lambing ilmu pengetahuan yang tak terputus, begitu juga halnya dengan Veda,
takkan terputus dan takkan berakhir. Seperti
yang dijelaskan dalam buku Peta Jalan Veda, Veda telah ada sebelum
penciptaan dunia ini, dan mantra - mantra Veda merupakan nafas dari Iswara,
oleh karena itu Veda juga akan tetap ada walaupun dunia ini telah pralaya.
Banyak sastra – sastra dan tokoh – tokoh Hindu meyakini bahwa Veda akan tetap
ada sampai kapanpun.
2.
Para Ṛṣi Penerima Wahyu
Dalam agama Hindu
orang-orang suci penerima wahyu disebut Rsi, kata ini berarti yang memandang,
melihat atau yang memperoleh wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Dalam perkembanganya
kita jumpai berbagai sebutan terhadap orang-orang suci antara lain : Muni,
Sadhu, Swami, Yogi, Sannyasi, Acarya, Upadhyaya dan lain-lain dan di Indonesia
pada jaman dahulu kita mengenal istilah Mpu atau Bhujangga, kini para Pandita
dari golongan Vaisnava di Bali disebut pula dengan Rsi. Untuk membedakan Rsi
penerima wahyu Veda
dengan Rsi para pandita dewasa ini, maka untuk yang pertama disebut Maharsi.
Maharsi ini dapat disebut sebagai nabi bagi umat Hindu
dan jumlahnya tidaklah seorang, melainkan cukup banyak. Seorang Maharsi adalah
tokoh pemikir dan pemimpin agama, ia juga seorang ”Jnanin”, filosuf dan pejuang
dalam bidang agama. Ia adalah penyebar ajaran agama dan sekaligus moralis,
pendeknya guru dengan berbagai sifat istimewanya yang serba mulia. Ia rendah
hati dan tahan uji, ia memiliki pandangan yang luas dan mampu menatap masa
depan, mampu mengendalikan indrianya, suka melakukan tapa, brata, yoga,
samadhi, karena itu ia senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai pemimpin agama ia adalah pengayom yang memberikan keteduhan dan
kesejukan kepada siapa saja yang datang untuk memohon bimbingannya.
Dengan
sifat-sifat tersebut di atas, seorang Rsi adalah seorang rohaniawan, agamawan
dan sekaligus seorang pemimpin. Di dalam kitab-kitab Purana kita jumpai
pengelompokkan Rsi ke dalam 3 katagori, yaitu :
1. DevaRsi,
2. BrahmaRsi,
3. RajaRsi.
Dari pengelompokan Rsi
diatas,, secara tidak langsung kita mengetahui bahwa tidak semua Rsi berstatus
sebagai ”penerima wahyu”. Pengertian Rsi pada mulanya dipergunakan secara
tradisional yang dianggap mampu membongkar rahasia Veda.
Keterangan ini dapat kita jumpai dalam kitab Nirukta II.11, salah satu kitab
Vedangga, yang menyatakan : ”Bahwa para
Rsi ialah mereka yang memperoleh mantra (rsayah mantradrastarah)”.
Dalam agama Hindu begitu banyak memiliki
Rsi dan hal ini tidak menghambat akan perkembangan agama Hindu tersebut karena
pada hakekatnya Tuhan Yang Maha Esa menggunakan banyak media untuk menyampaikan
ajaran suciNya kepada umat manusia. Hindu
berpandangan justru dengan banyaknya Rsi itu umat mendapatkan teladan, sosok figur
dan penampilannya menjadi panutan, wejangan-wejangannya memberikan kesejukan
hati dan kebahagiaan yang tiada taranya, misalnya karya Maharsi Vyasa yang
memadukan unsur sejarah dan mitologi dalam karya besarnya Mahabharata dan
kitab-kitab Purana senantiasa dinikmati oleh mereka yang kehausan untuk mereguk
amrta suci ajarannya (Titib, 1996 : 38)
Disamping pengelompokan ke dalam 3
katagori tersebut di atas, kitab Matsya Purana dan Brahmanda Purana menyebutkan
5 kelompok Rsi, sebagai berikut :
1. BrahmaRsi,
2. SatyaRsi,
3. DevaRsi,
4. SrutaRsi,
5. RajaRsi.
Pengelompokkan ini merupakan penyempurnaan
pengelompokan sebelumnya dengan menambahkan 2 kelompok baru, yaitu SatyaRsi dan
SrutaRsi. Dari istilah-istilah ini dapat dipahami bahwa nama-nama kelompok ini
hanya bersifat relatif fungsional dihubungkan dengan fungsi dan sifat yang khas
dari seorang Rsi. Selanjutnya seorang Rsi sebagai Bhatara (pelindung) sekaligus
seorang pemimpin baik dalam bidang kerohanian, politik dan pemerintahan dan
bahkan menjadi panglima perang sebagai contoh adalah Rsi Bhisma, Drona dan
sebagainya, di Bali pada masa pemerintahan Dharma Udayana Var madeva, juga
seorang Rsi atau Mpu, yakni Mpu Rajakrta menjabat Senapati Kuturan dan kemudian
nama ini populer menjadi Mpu Kuturan yang merintis Kahyangan Tiga dengan desa
Pakraman di daerahini. Seorang BrahmaRsi menurut kitab Brahmanda Purana
tugasnya mempelajari dan mengajarkan Veda,
jadi fungsinya sebagai pandita. Adapun seorang yang dinyatakan sebagai SatyaRsi
adalah gelar para Rsi yang mempunyai asal-usul langsung dari Tuhan Yang Maha
Esa pada permulaan penciptaan dunia ini. Beliau pula yang mula-mula disebut
sebagai Bhatara, misalnya Bhatara Manu dan lain-lain. Kelompok DevaRsi dikenal
pula dengan nama Prajapati. Di dalam kitab brahmanda Purana disebutkan adanya 9
Prajapati, yaitu : Marici, Bhrgu, Angira, Pulastya, Pulaha, Kratu, Daksa, Atri
dan Vasistha. Di antara 9 Prajapati itu ada pula yang disebut-sebut namanya
dalam kitab Rg Veda,
sebagai Rsi yang dikaitkan dengan mantra-mantra dalam kitab suci ini. Adapun 4
kelompok lainnya (Brahma, Satya, Sruta dan RajaRsi) di dalam Brahmanda Purana
masing-masing disebutkan berturut-turut : Sonaka, Sananda, Sanatana dan
Sanatkumara.
Selain
nama – nama Rsi diatas, adapula yang menyebutkan sekelompok Rsi yang menerima wahyu dari Tuhan Yang Maha
Esa yang
disebut dengan “Saptarsi”.
Saptarsi berasal dari dua kata yaitu Sapta
yang artinya tujuh dan Ṛsi artinya orang – orang suci penerima wahyu. Jadi Saptarsi adalah tujuh orang – orang suci
penerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang terhimpun dalam Vedà . Adapun Saptarsi
penerima wahyu yaitu sebagai berikut :
- Ṛsi Grtsamada
Maha Ṛsi Grtsamada
adalah maharsi yang paling banyak dihubungkan dengan turunnya mantra – mantra Vedà , terutama Rg Vedà mandala II. Akan
tetapi kehidupan mahaṛsi Grtsamada
tidak banyak diketahui. Dari beberapa catatan diketahui bahwa Ṛsi Grtsamada adalah keturuna dari Sunahotra yang merupakan keturunan Bharadvaja, keluarga Angira. Adapula penjelas lain mengatakan
bahwa Ṛsi Grtsamada merupakan
keturunan Bhrgu. Dengan demikian
sejarahnya tidak diketahui dengan pasti, sedangkan di dalam Mahabharata ia disebutkan keturuna Maharsi Sonaka.
- Ṛsi Visvamitra
Mahaṛsi Visvamitra
adalah Maharsi yang kedua yang banyak disebut namanya dan dikaitkan dengan
seluruh mandala III Rg Vedà . Kitab III Rg Vedà ini terdiri dari 58 Suktha. Setelah diadakan penelitian, ternyata tidak semua Suktha itu dikaitkan dengan nama Visvamitra karena diantara mantra –
mantra ada menyebutkan Maharsi
lainnya seperti Kusika, Isiratha dan lain – lain. Visvamitra adalah putra Musika. Disamping itu dijumpai nama Rsi Jamadagni sebagai maharsi yang dikaitkan dengan mandala III Rg Vedà . Keterangan lain
tentang Visvamitra dinyatakan bahwa Visvamitra bukan seorang Brahmana tetapi seorang Ksatriya. Penggolongan status seorang Rsi dengan Catur Varna sesungguhnya tidak begitu menentukan karena bukan
merupakan persyaratan seorang Maharsi.
c. Rsi Vamadeva
Maharsi Vamadeva
banyak dihubungkan dengan mandala IV
kitab Rg Vedà . Kurang banyak diketahui tentang riwayat Maharsi ini. Di dalam kitab – kitab Purana diceritakan bahwa Vamadeva sempat mengadakan dialog dengan
Deva Indra dan Aditi.
d. Ṛsi Atri
Maharsi Atri pada umumnya
dikaitkan dengan turunnya mantra – mantra mandala
V Rg Vedà . Di dalam Matsya Purana,
nama Atri tidak saja sebagai nama
keluarga, tetapi juga sebagai nama pribadi. Dinyatakan bahwa dalam keluarga Atri yang tergolong Brahmana dijumpai pula beberapa nama dari keluarga Atri seperti : Sayana, Udvalaka, Sona, Sukdeva, Gauragriva dan lain – lain. Dalam
ceritanya dikemukakan pula informasi bahwa Maharsi
Atri banyak dikaitkan dengan keluarga Angira.
Dalam Rg Vedà mandala V, tampaknya tidak hanya Maharsi
Atri yang menerima wahyu untuk mandala
ini tetapi juga Druva, Prabhuvasu,
Samvarana, Gauraviti, Putra Sakti, dan lain – lain. Dikemukakan pula bahwa
diantara keluarga Atri 36 Rsi tergolong penerima wahyu. Jadi cukup
banyak dan karena itu kemungkinan nama – nama itu adalah keturuna dari Maharsi Atri.
e. Ṛsi Bharadvaja
Maharsi Baradvaja
adalah Maharsi yang banyak dikaitkan
dengan turunnya mantram – mantram dari mandala
VI, kecuali ada beberapa saja yang diturunkan melalui Sahotra dan Sarahotra.
Adapun nama – nama lain seperti Nara,
Garagajisva adalah Rsi penerima wahyu dari keluarga Bharadvaja. Di dalam kitab – kitab Purana dijelaskan bahwa Bharadvaja
adalah putera Brihaspati, cerita ini belum dapat dipastikan kebenarannya karena
disamping keterangan lain yang mengatakan bahwa Samyu dengan Bharadvaja
masih dalam satu keluarga. Kitab – kitab Purana tidak banyak memberikan
penjelasan.
f. Ṛsi Vasistha
Nama Vasistha
sering digunakan sebagai nama keluarga kadang kala sebagai nama pribadi. Rsi Vsistha banyak dikaitkan dengan
turunnya mantra – mantra mandala VII Rg
Vedà . Salah seorang keturunan Rsi
Vasistha adalah Rsi Sakti yang
juga terkenal sebagai penerima wahyu. Tentang keluarga Vasistha tidak banyak kita kenal. Di dalam kitab Mahabharata nama Vasistha disamakan dengan Visvamitra.
Di dalam Matsya Purana dinyatakan
bahwa Rsi Vasistha mengawini Arundhati, saudara perempuan devarsi Narada. Dari padanya lahirlah
seorang putera bernama Sakti.
g. Ṛsi Kanva
Maharsi Kanva merupakan Maharsi penerima wahyu dan banyak
dikaitkan dengan mandala VIII Rg Vedà .
Mandala ini terdiri dari bemacam – macam Suktha.
Kanva adalah nama pribadi dan juga nama keluarga. Didalam mandala VIII dinyatakan diterima oleh Maharsi Kanva atau merupakan wahyu yang
diterima oleh keluarga Sakuntala.
3.
Masa Penyusunan Mantra - Mantra Veda
Veda bersifat
Anādi-Ananta, itu artinya tak ada yang tahu pasti kapan mantra – mantra veda
itu diadakan atau diciptakan. Banyak peneliti yang telah meneliti tentang umur
dari Veda akan tetapi sampai sekarang tidak ada yang mengetahui. Veda
diwahyukan kepada para maharsi ketika belum mengenal tulisan, dan para Rsi
mengajarkan Veda secara lisan melalui system upanisad. Setelah mengenal adanya
tulisanlah Veda kembali ditulis dan dikofikasi oleh Rsi Vyasa.
Dalam buku Peta Jalan Veda menjelaskan bahwa
keempat Veda, Rig, Yajur, Sama dan Atharva, dipercayai merupakan getaran di
ruang dan disitesisi 5.000 tahun yang lalu pada awal dari Kali Yuga ini, oleh
Bhagavan Veda Vyasa. Keempatnya terdiri dari 1.131 saakha (cabang atau
kelompok) yaitu 21 dalam Rig, 101 dalam Yajus, 1000 dalam sama dan 9 dalam
Atharva. Semuanya dilestarikan dalam garis pewarisan Rsi (Parampara), melalui tradisi oral, dari ayah ke anak, dari guru ke
sishya (murid).
Beberapa
sarjana baik dari India maupun Eropa berpendapat tentang penyusunan Veda sebagai berikut :
a. Vidyaranya
menyatakan sekitar 15000 tahun sebelum masehi.
b. Lokamanya
Tilak Shastri menyatakan 6000 tahun sebelum masehi.
c. Bal
Gangadhar Tilak menyatakan 4000 tahun sebelum masehi.
d. Dr.
Haug memperkirakan tahun 2400 sebelum masehi.
e. Max
Muller menyatakan sekitar tahun 1200 – 800 sebelum masehi.
f. Heine
Gelderen memperkirakan tahun 1150 – 1000 sebelum masehi.
g. Sylvain
Levy memperkirakan tahun 1000 sebelum masehi.
h. Stutterheim
memperkirakan 1000 – 500 sebelum masehi.
Demikian pendapat dari para sarjana
memperkirakan mengenai masa disusunnya kitab suci Veda menjadi sumber ajaran agama Hindu.
III
PENUTUP
1.
SIMPULAN
Veda
memiliki arti dan makna “pengetahuan”.
Veda merupakan pedoman yang digunakan oleh umat Hindu dalam menjalankan
kehidupan sehari – hari. I.B. Supartha (2009 : 6) menyebutkan Veda adalah wahyu
Tuhan atau sabda suci yang diturunkan oleh Sang hyang Widhi untuk semua umat
manusia di Jagat Raya ini bukan hanya untuk segolongan umat manusia saja.
Veda disebut
Anādi yaitu tanpa awal dari segi waktu. Artinya sesuatu atau yang lebih tua
dari Veda, tidak ada. Jadi Veda sudah ada sejak kapanpun. Veda tidak berawal,
karena merupakan Sabda-Nya telah ada sebelum alam diciptakan oleh-Nya (Titib,
1996 : 36). Dewasa ini, seperti
dijelaskan bahwa Veda tidak berawal “Anādi”,
dan Vedapun tanpa akhir “Ananta”. Sehingga
sering dikatakan bahwa Veda bersifat Anādi-Ananta. Titib (1996 : 36)
menyebutkan bahwa Veda tidak berakhir karena ajarannya berlaku sepanjang jaman.
Veda tidak akan pernah putus atau berakhir.
Dalam agama Hindu
orang-orang suci penerima wahyu disebut Rsi, kata ini berarti yang memandang,
melihat atau yang memperoleh wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Rsi penerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa disebut dengan “Saptarsi”.
Saptarsi berasal dari dua kata yaitu Sapta
yang artinya tujuh dan Ṛsi artinya orang – orang suci penerima wahyu. Jadi Saptarsi adalah tujuh orang – orang suci
penerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang terhimpun dalam Vedà .
Beberapa
sarjana baik dari India maupun Eropa berpendapat tentang penyusunan Veda sebagai berikut :
i.
Vidyaranya menyatakan sekitar 15000
tahun sebelum masehi.
j.
Lokamanya Tilak Shastri menyatakan 6000
tahun sebelum masehi.
k. Bal
Gangadhar Tilak menyatakan 4000 tahun sebelum masehi.
l.
Dr. Haug memperkirakan tahun 2400
sebelum masehi.
m. Max
Muller menyatakan sekitar tahun 1200 – 800 sebelum masehi.
n. Heine
Gelderen memperkirakan tahun 1150 – 1000 sebelum masehi.
o. Sylvain
Levy memperkirakan tahun 1000 sebelum masehi.
p. Stutterheim
memperkirakan 1000 – 500 sebelum masehi.
Demikian pendapat dari para sarjana
memperkirakan mengenai masa disusunnya kitab suci Veda menjadi sumber ajaran agama Hindu.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana,
I.B. Suparta. 2009. Kemahakuasaan Tuhan
dalam Weda. Surabaya : Paramita.
http://portalhindu.com/2011/04/26/sapta-rsi-penerima-wahyu-veda/
(Sabtu, 30 Juni 2012 ; 17.00 wita)
Maswinara, I Wayan. 2004. Rg Veda Samhita. Surabaya : Paramita.
Mittal,
Dr. Mahendra._____ Intisari Veda Pesan
Tuhan untuk Kesejahteraan Umat Manusia. Surabaya : Paramita.
Saraswati,
Sri Chandrasekharendra. 2009. Peta Jalan
Veda. Jakarta : Media Hindu.
Swami Prabhupada, Sri-Srimad A.C.
Bhaktivedanta. 2006. Bhagavadgita. Indonesia
: Hanuman Sakti.
Titib,
Dr. I Made. 2001. Pengantar Veda.
Jakarta : Hanuman Sakti.
Titib,
Dr, I Made. 2001. Veda Sabda Suci Pedoman
Praktis Kehidupan. Surabaya : Paramita.
Langganan:
Postingan (Atom)